Minggu, 22 Mei 2016

Makalah Perspektif tentang Alam




BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Alam semesta atau jagat raya ini dapat diartikan sebagai suatu ruangan atau lingkup atau cakupan yang maha besar dimana didalamnya terjadi segala sesuatu peristiwa alam yang dapat diungkapkan manusia maupun yang belum dapat diungkapkan oleh manusia. Alam semesta terbentuk kira-kira ribuan juta tahun yang lalu yang bersamaan dengan adanya ledakan besar. Namun bukan hanya teori ledakan besar saja yang menjadi satu-satunya teori terbentuknya alam semesta ada teori-teori lain yang memiliki bukti yang kuat tentang terbentuknya alam semesta seperti teori dentuman, teori creation continua, teori ekspansi dan teori-teori lainnya. Bukan hanya ada teori tetapi adanya alam semesta ini juga melalui tahap-tahap. Peristiwa penciptaan alam semesta terjadi selama enam masa dalam perspektif Islam, sebagaimana dinyatakan oleh Allah, dan disepakati oleh ilmuwan ahli ilmu alam dalam enam tahap. Namun terlepas dari itu semua kami tetap menyadari kalau adanya alam semesta ini karena kehendak-Nya, karena Beliaulah yang maha kuasa dan berkehendak dimuka bumi ini atas ciptaannya.

Oleh sebab itu kita tidak boleh heran bahwa sejak zaman purbakala hingga sekarang manusia dari berbagai peradaban mencoba menemukan model terbentuknya bumi sesuai dengan tingkat perkembangan pengetahuan dan kecendekiaannya. Perkembangan citra manusia mengenai alam raya seringkali terikat sangat erat pada pengetahuan apriori yang diturunkan kepadanya melalui otoritas. Hal ini menyebabkan bahwa pandangan tentang alam raya sulit diuji kebenarannya melalui pengalaman.

Bagaimana konsepsi para ilmuwan tentang penciptaan jagad raya dan pemikiran apa yang melandasinya? Konsepsi itu berubah-ubah sepanjang sejarah, bergantung pada tingkat kecanggihan alat-alat observasinya, dan bergantung pada tingkat kemajuan fisika itu sendiri. Konsepsi yang mereka kemukakan bahwa jagad raya ini tidak terbatas dan besarnya tidak terhingga, konsepsi ini berasal dari Newton. Konsepsi mereka yang lain adalah bahwa ala mini tidak berubah keadaannya sejak waktu tak terhingga lamanya sampai masa yang akan datang. Dan tentunya juga masih akan terus berkembang teori yang akan lebih relevan atau diterima oleh masyarakat dunia di abad millennium ini. Dalam ringkasan ini penulis akan mencoba membahas tentang perkembangan pemikiran tentang pembentukan alam raya ditinjau dari pandangan ilmu pengetahuan ( science ).



1.2  Rumusan Masalah

Agar pembahasan dalam makalah ini tidak lari dari sub judul, ada baiknya penyusun merumuskan masalah-masalah yang akan dibahas, antara lain:

1.    Apakah pengertian dari alam semesta ?

2.    Seperti apa teori penciptaan alam semesta dari sisi perspektif sains ?

3.    Seperti apa teori penciptaan alam semesta dari sisi perspektif filosofis ?

4.    Seperti apa teori penciptaan alam semesta dari sisi perspektif religius ?



1.3  Tujuan Penulisan

Tujuan penyusun menulis makalah ini antara lain :

a.    Untuk melengkapi tugas mata kuliah Konsep-konsep MIPA;

b.    Mahasiswa mampu memahami pengertian dari alam semesta.

c.    Mahasiswa dapat mengetahui teori penciptaan alam semesta dari sisi perspektif sains.

d.    Mahasiswa dapat mengetahui teori penciptaan alam semesta dari sisi perspektif filosofis.

e.    Mahasiswa dapat mengetahui teori penciptaan alam semesta dari sisi perspektif religious.

f.     Mahasiswa dapat menjelaskan proses pembentukan alam semesta.




BAB II

PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Alam Semesta

Alam semesta adalah fana. Ada penciptaan, proses dari ketiadaan menjadi ada, dan akhirnya hancur. Bagaimanakah alam semesta tak terbatas tempat kita tinggal ini terbentuk? Bagaimanakah keseimbangan, keselarasan dan keteraturan jagat raya ini berkembang? Bagaimanakah Bumi ini menjadi tempat tinggal yang tepat dan terlindung bagi kita? Aneka pertanyaan ini telah menarik perhatian sejak ras manusia bermula. Para ilmuwan dan filsuf yang mencari jawaban dengan kecerdasan dan akal sehat mereka sampai pada kesimpulan bahwa rancangan dan keteraturan alam semesta merupakan bukti keberadaan Pencipta Maha Tinggi yang menguasai seluruh jagat raya.

Alam semesta atau jagad raya didefinisikan sebagai ruang waktu dimana semua energy dan materi berkumpul. Massa dan energy yang berada di alam semesta terdiri atas 73% energy gelap, 23% materi gelap dingin dan 4% atom. Alam semesta mungkin mempunyai 1011 galaksi dimana tiap-tiap galaksi mempunyai 1011 bintang yang tersebar dengan masing-masing bintang memiliki 1057 atom hydrogen. Dan sekitar tahun 700 – 600 SM, orang Babylon beranggapan bahwa alam semesta merupakan suatu ruangan atau selungkup dimana bumi yang datar sebagai lantainya, sedangkan langit sebagai bentuk ruangan yang begitu luas.

Ukuran diameter Bumi ( 12.500 km ) baru diketahui pada abad ke-3 ( oleh Eratosthenes ), jarak ke Bulan ( 384.400 km ) abad ke-16 ( Tycho Brahe, 1588 ), jarak ke Matahari ( sekitar 150 juta km ) abad ke-17 ( Cassini, 1672 ), jarak bintang 61 Cygni abad ke-19, jarak ke pusat galaksi abad ke-20 ( Shapley, 1918 ), jarak ke galaksi luar ( 1929 ), Quasar dan Big Bang ( 1965 ). Perjalanan panjang ini terus berlanjut antar generasi. Namun pendapat ini sudah sangatlah lama. Pengertian alam semesta yang sebenarnya adalah suatu ruangan yang maha besar, dimana didalamnya terjadi segala peristiwa alam yang dapat diungkapkan manusia maupun yang belum diungkap manusia, dan pendapat ini dijelaskan kembali oleh Nicolas Copernicus dalam bukunya yang berjudul “ De Revolutionisme Orbium Coelestium “ yang menyatakan bahwa alam semesta adalah tempat tinggal bagi makhluk hidup di Bumi.

Alam (dalam artian luas memiliki makna yang setara dengan dunia alam, dunia fisik, atau dunia materi) mengacu kepada fenomena dunia fisik dan juga kehidupan secara umum.

Kata alam merupakan terjemahan dari bahasa Inggris "nature", yang berasal dari kata Latin natura, atau "kualitas esensial, disposisi bawaan", dan pada zaman dahulu, secara harfiah berarti "kelahiran". Natura adalah terjemahan Latin dari kata Yunani , yang awalnya terkait dengan karakteristik bawaan yang dimiliki tanaman, hewan, dan berbagai fitur lain di dunia. Konsep alam sebagai keseluruhan, atau alam semesta fisik, merupakan pengembangan konsep aslinya; dimulai dari penerapan kata Yunani  oleh filsuf-filsuf, dan sejak saat itu terus berkembang.

Dalam berbagai penggunaan kata tersebut pada saat ini, "alam" sering mengacu kepada geologi. Kata alam mungkin mengacu secara umum ke berbagai jenis tanaman hidup dan hewan, dan dalam beberapa kasus ke proses yang berhubungan dengan benda mati mengenai keberadaan jenis-jenis tertentu suatu benda dan bagaimana mereka berubah dengan sendirinya, seperti cuaca dan geologi di Bumi, dan materi serta energi dari mana semua hal-hal tersebut tersusun darinya. Kata ini sering diartikan sebagai "lingkungan alam" atau hewan liar, batu, hutan, pantai, dan secara umum hal-hal yang belum diubah secara substansial oleh campur tangan manusia, atau yang bertahan meskipun ada intervensi manusia. Sebagai, contoh, objek yang dibuat dan interaksi manusia umumnya tidak dianggap sebagai bagian dari alam, kecuali jika dinilai sebagai, misalnya, "sifat manusia" atau "seluruh alam". Konsep yang lebih tradisional dari hal-hal alami tersebut, yang masih dapat ditemukan hari ini, menyiratkan perbedaan antara alami dan buatan, yang dimaksud dengan kata buatan dipahami sebagai hasil kesadaran atau pikiran manusia. Tergantung pada konteks tertentu, istilah "alam" juga dapat dibedakan dari yang tidak wajar.

Pengertian alam semesta mencakup tentang mikrokosmos dan makrokosmos. Mikrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat kecil, misalnya atom, elektron, sel, amuba dan sebagainya. Sedangkan makrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat besar, misalnya bintang, planet dan galaksi.

Para ahli astronomi menggunakan istilah alam semesta dalam pengertian tentang ruang angkasa dan benda-benda langit yang ada didalamnya.



 
2.2 Teori Penciptaan Alam Semesta dari Sisi Perpektif Ilmu Sains

Alam semesta adalah suatu hamparan atau ruangan yang sangat luas yang tak di ketahui atau tak dapat di bayangkan luasnya. alam semesta diduga bentuknya melengkung dan dalam keadaan memuai serta terdiri atas galaksi-galaksi atau siste bintang yang jumlahnya ribuan.

Bumi adalah salah satu bagian dari alam semesta ini. maka tak heran terciptanya bumi ini berhubungan erat dengan terbentuknya alam semesta. Berikut adalah teori-teori yang menjelaskan tentang terbentuknya alam semesta menurut ilmu sains (para ahli sains).

a.     Teori Kabut

Teori kabut dikemukakan oleh dua orang ilmuan yaitu Imanuel Kant (1724-1804) seorang ahli filsafat bangsa Jerman dan Piere Simon Laplace (1749-1827) ahli astronomi bangsa Perancis. Kant mengemukakan teorinya tahun 1755, sedangkan Laplace mengemukakan tahun 1796 dengan nama Nebular Hypothesis. Pada akhir abad ke-19 teori kabut disanggah oleh beberapa ahli seperti James Clark Maxwell yang memeberikan kesimpulan bahwa bila bahan pembentuk planet terdistribusi disekitar matahari membentuk suatu cakram atau suatu piringan, maka gaya yang disebabkan oleh perbedaan perputaran (kecepatan anguler) akan mencegah terjadinya pembekuan planet. Pada abad ke-20 percobaan dilakukan untuk membuktikan terbentuknya cincin-cincin Laplace, menunjukkan bahwa medan magnet dan medan listrik matahari telah merusak proses pembekuan batu-batuan. Jadi tidak ada alasan yang kuat untuk menyatakan bahwa cincin gas dapat membeku membantuk planet. 

b.     Teori Planetisimal

Teori planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlain dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Matahari terdiri dari massa gas bermassa besar sekali, Pada suatu saat melintas bintang lain yang ukurannya hampir sama dengan matahari, bintang tersebut melintas begitu dekat sehingga hampir menjadi tabrakan. Karena dekatnya lintasan pengaruh gaya gravitasi antara dua bintang tersebut mengakibatkan tertariknya gas dan materi ringan pada bagian tepi. Karena pengaruh gaya gravitasi tersebut sebagian materi terlempar meninggalkan permukaan matahari dan permukaan bintang. Materi-materi yang terlempar mulai menyusut dan membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut planetisimal. Planetisimal-Planetisimal lalu menjadi dingin dan padat yang pada akhirnya membentuk planet-planet yang mengelilingi matahari.

c.     Teori Pasang Surut Gas

Teori pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jean dan Herold Jaffries pada tahun 1917. Hipotesis sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat matahari itu masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut yang kita kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi). Tetapi, jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan matahari mendekat, maka akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung tersebut akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar yang besar sekali, menjulur dari massa matahari dan merentang ke arah bintang besar itu.

Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet. Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang pengaruhnya terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu akan berputar mengelilingi matahari dan mengalami proses pendinginan. Proses pendinginan ini berjalan dengan lambat pada planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus, sedangkan pada planet-planet kecil seperti Bumi kita, pendinginan berjalan relatif lebih cepat.

d.     Teori Kondensasi/Kuiper

Teori kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Teori Kuiper mengemukakan bahwa pada mulanya ada nebula besar berbentuk piringan cakram. Pusat piringan adalah protomatahari, sedangkan massa gas yang berputar mengelilingi promatahari adalah protoplanet. Pusat piringan yang merupakan protomatahari menjadi sangat panas, sedangkan protoplanet menjadi dingin. Unsur ringan tersebut menguap dan menggumpal menjadi planet-planet. Dalam teorinya beliau juga mengatakan bahwa tata surya pada mulanya berupa bola kabut raksasa. Kabut ini terdiri dari debu, es, dan gas. Bola kabut ini berputar pada porosnya sehingga bagian-bagian yang ringan terlempar ke luar, sedangkan bagian yang berat berkumpul di pusatnya membentuk sebuah cakram mulai menyusut dan perputarannya semakin cepat, serta suhunya bertambah, akhirnya terbentuklah matahari.

e.     Teori Bintang Kembar

Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton. Menurut teori ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang meledak sehingga banyak material yang terlempar. Karena bintang yang tidak meledak mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat, maka sebaran pecahan ledakan bintang tersebut mengelilingi bintang yang tidak meledak itu. Bintang yang tidak meledak itu sekarang disebut dengan matahari, sedangkan pecahan bintang yang lain adalah planet-planet yang mengelilinginya.

f.       Teori Ledakan Maha Dahsyat (Big Bang)

Pada awal abad ke-21 muncul teori ledakan maha dahsyat Big Bang, membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun yang lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Pada awalnya alam semesta ini berupa satu massa maha padat. Massa maha padat ini dapat dianggap suatu atom maha padat dengan ukuran maha kecil yang kemudian mengalami reaksi radioaktif dan akhirnya mneghasilkan ledakan maha dahsyat. Teori ini berbunyi: “Alam semesta diciptakan kira-kira 15.000.000.000 (lima belas trilyun) tahun yang lalu, kejadiannya berawal dari meledaknya atom prima atau atom awal (Primeval Atom). Ledakan itu sangat besar dan dasyat yang menyebabkan berhamburannya seluruh isi (Materi dan energi)atom prima itu ke segala arah.” Dengan dasar teori Big Bang itu, para ahli sekarang berhasil mereka ulang pembentukan alam semesta dari waktu ke waktu, dimulai dari pristiwa Big Bang bahkan saat ini mereka dapat memperkirakan bagaimana bentuk alam semesta ini beberapa abad nanti, contohnya jika Galaksi Bimasakti (Milkyway) tempat kita berpijak dan galaksi tetangga yang paling dekat yaitu Galaksi Andromeda akan saling bergerak mendekat dan suatu saat mereka akan bertabrakan.





2.3 Teori Penciptaan Alam Semesta dari Sisi Perpektif Filosofis

Menurut Juhaya S. Pradja (2003:50-58), para filosof yunani yang pertama tidak lahir ditanah airnya sendiri, melainkan ditanah perantauan di asia timur. Mereka merantau karena pada saat itu daerah tempat tinggal mereka tanahnya tidak subur dan sepanjang daratannya dilalui oleh bukit barisan, serta banyak teluk yang menjorok kedaratan. Sehingga tidak banyak tanah yang baik untuk tempat tinggal. Tetapi setelah mereka merantau ke asia timur tersebut maka hidup mereka lebih makmur dengan adanya mata pencaharian yaitu perniagaan dan pelayanaan.

Itulah sebabnya, miletus di asia timur, kota tempat mereka merantau menjadi tempat lahirnya filosof-filosof yunani yang pertama. Ciri umum filsafat yunani ialah rasionalisme. Rasionalisme itu mencapai puncaknya pada orang-orang sofis. Pemikiran filsafat mulai berkembang sekitar awal abad 6 sebelum masehi. Pemikiran filsafat juga bukan saja dalam arti sempit, tetapi pemikiran yang ilmiah pada umumnya, pemikiran filsafat tidak berujung dalam permasalahan yang belum diketahui kebenaran, melainkan harus benar-benar diketahui kebenarannya.

Adapun filosof-filosof yang pertama yaitu yang pertama yaitu seperti Thales, Anaximandros dan anaximenes.

Thales

Thales (595-549 SM), adalah orang militus yang hidup pada abad ke-6 sebelum masehi, dan merupakan orang yang pertama di gelari bapak filsafat. Gelar itu diberikan kepada thales karena telah mengajukan pertayaan yang amat mendasar, yang jarang diperhatikan orang apalagi pada jaman sekarang.

Thales merupakan seorang saudagar yang sering berlayar kenegri mesir, dari situlah thales menemukan ilmu ukur dari mesir dan membawanya ke yunani, kemudian di yunani thales menceritakan bahwa ia dapat memiliki ilmu mengukur firamid, cara mengukur jauhnya kapal di laut, ia juga mempunyai teori tentang banjir tahunan sungau nil dimesir bahkan ia berhasil meramal terjadinya gerhana matahari pada tanggal 28 mei tahun 585 M. oleh karena itu ia dikenal sebagai ahli astronomi dan metafisika.

Menurut Thales bahwa asal mula alam semesta adalah Air, karena air adalah pusat dan sumber dari segala kehidupan. Segala sesuatu bersumber dari air dan kembali lagi menjadi air misalnya tumbuh-tumbuhan dan binatang lahir ditempat yang lembab, bakteri-bakteri hidup dan berkembang ditempat yang lembab, dan bakteri pun memakan makanan yang lembab dan kelembaban itu bersumber dari air. Dari air itulah terjadi tumbuh-tumbuhan dan binatang bahkan tanah pun mengandung air. Argumen Thales ini merupakan argumen yang bukan hanya rasional tetapi observatif, meskipun pada zamannya dulu belum lahir ilmu pengetahuan yang segala sesuatunya itu baru dikatakan benar jika telah terbukti secara empirik dan observatif. Oleh karena itu thales berpendapat bahwa asal muasal alam semesta itu air dengan alasan yang kuat, thales telah membuka alam fikiran dan kenyakinan alam semesta serta asal muasalnya. Tanpa menunggu hadirnya penemuan ilmiah atau dalil-dalil agamis, bagi thales semua kehidupan berasal dari air bahklan air berasal dari air. Air adalah causa prima dari segala yang ada atau yang jadi, tetapi juga akhir dari segala yang jadi diawal air dan ujung air, atau dengan perkataan filosof air adalah subta (bingkai) dan subtabsi (isi) bertitik tolak dari pemikiran tersebut. Tak ada jurang pemisah antara hidup dengan mati semuanya sama.

Thales berpendapat bahwa asal alam semesta adalah air karena dari pengalamannya juga yaitu sebagai saudagar yang senag berlayar dari Negara yang satu ke Negara yang lain, dengan demikian Thales hidup selalu berhubungan dengan air, kehidupan Thales yang seperti itu, Thales dapat menyimpulkan bahwa segala sesuatunya berasala dari air, dengan alasan yang kuat Thales berpendapat bahwa asal muasal alam semesta adalah air dan air yang cair itu merupakan pangkal, pokok, dasar, segala sesuatunya. Semua barang terjadi dari air dan kembali pada air pula.

Dengan jalan pemikirannya, Thales mendapat kepuasan yang senan tiasa mengikat perhatian semua orang, apa asal alam ini? Apa yang menjadi sebab penghabisan dari segala yang ada. Dilihat dari pengalamannya tersebut dijadikan pikirannya untuk menyusun bangun alam, sebagai seorang pesisir ia dapat melihat dengan mata kepala sendiri betapa nasib rakyat disana bergantung kepada air sungai nil. Air sungai nil itulah yang menyuburkan tanah sepanjang alirannya sehingga dapat dialami oleh menusia, jika tak ada sungai nil yang melimpahkan airnya sewaktu-waktu kedarat, negeri mesir kembali menjadi padang pasir. Sebagai seorang saudagar pelayar Thales melihat pula kemegahan air laut, yang menimbulkan rasa takajub sewaktu-waktu air laut dapat menggulung dan menghayutkan, memusnahkan serta menghidupkan. Disini dihapuskannya segala yang hidup. Akan tetapi bibit dan kayu-kayuan yang ditumbangnya itulah dihanyutkan dan dihantarkannya kepantai tanah lain. Kemudian bibit dan buah itu tumbuh disana dan menjadi tanaman hidup.

Dalam pandangam Thales animisme ialah kepercayaan bahwa bukan saja barang hidup yang mempunyai jiwa, tetapi juga benda mati. Kepercayaan tersebut dikuatkan oleh pengalamannya pula misalnya besi berani dan batu api yang digosok sampai panas menarik barang yang dekat padanya. Ini dipandang sebagai mempunyai kodrat tanda berjiwa.

Anaximandros

Anakimandros (610 – 547 SM) adalah murid dari Thales, usianya lebih muda dari thales tetapi meninggal dunianya 2 tahun lebih dulu dari Thales, sebagai filosof dia lebih berpengaruh dari gurunya. Sama halnya dengan gurunya Anaximandros juga ingin mencari asal dari segalanya ia tidak menerima saja apa yang diajarkan oleh gurunya. Yang dapat diterima akalnya bahwa yang asal itu satu tidak banyak. Akan tetapi yang satu ini bukan air dan bukan suatu anasir yang dapat diamati oleh panca indra. Menurut Anximandros segala sesuatu itu berasal dari “to aperion” yaitu yang tak terbatas dan sesuatu yang tak terhingga.

Didalam buku filsafat, aperion itu kadang-kadang diartikan sebagai the bnundies the idenfinite, atau the infinite yaitu tidak terhingga, tak terbatas, atau tidak tersusun dinamkan demikian karena yang dijadikan dalm alam ini tidak terhingga banyaknya.

Infinite menurut bahasa latin ialah in (tidak) dan finise (batas, akhir), jadi tanpa batas. Secara etimologis istilah ini diperoleh denagn menegaskan finite (terbatas). Namun ada yang mengatkan bahwa kosepsi yang infinite (tak terbatas) mendahului yang terbatas.

Beberapa Konsep Aperion

Konsep aperion sebagai keluasan spasial dan substansi tidak terbatas ditemukan dalam filsafat yunani (Anaximandros, Anaximenes, Xenophenes, Melissus, Kaumatonius, dsb). Tetapi filusuf seperti Plato dan Aristoteles serta para pengikut menyakini alam semesta terbatas.

Konsep Aperion dipakai untuk menunjukan rangkain pembagian yang terbatas atau di pakai untuk menunjukan rangkain kesatuan yang tidak terhingga ini mengacu pada analisis gerak, waktu, dan luas dalam tempat, pandangan ini diterima oleh Zeno.

Anaximandros merupakan yang pertama menunujukan aperion yang merupakan asal dan tujuan sesuatu, Anaximandros mencari prinsif terakhir yang dapat memberikan pengertian mengenai kejadian dalam alam semesta. Menurutnya prinsip terakhir ialah to Aperion. Aperion itu bersifat ilahi, abadi, tak terubahkan, dan tak terhancurkan, utama, kekal, eksistensi segala sesuatu dan meliputi segala sesuatu.

Penjelasan Pandangan Anaximandros

Aristoteles menerangkan mengapa Anaximandros menunjukkan Aperion itu sebagai prinsip fundamental. Andai saja prinsip itu sama dengan salah satu anasir seperti air pada gurunya Thales. Air itu meresapi segalanya, dengan kata lain air itu tidak terhingga. Tetapi jika demikian tidak ada lagi untuk anasir lain berlawanan dengannya: Air sebagi anisir kering, dan sebab itu Anaximandros tidak puas dengan menunjukan salah satu anisir sebagai prinsip terakhir, melainkan ia mencari sesuatu yang lebih mendalam yang tidak dapat diamati oleh panca indera.

Bagaimana dunia timbul dari prinsip yang terbatas itu? karena suatu pencarian dari Aperion ini tidak lepas dari unsur-unsur berlawanan: yang panas dan yang dingin, kering dan basah. Unsur-unsur itu selalu berperang satu sama lainnya. Musim panas misalnya selalu mengalahkan musim dingin dan sebaliknya. Tetapi bila mana satu unsur dominan. Karena keadaan ini dirasakan tidak adil keseimbangan neraca harus dipulihkan kembali. Jadi, ada satu hukum yang mengatasi unsur-unsur dunia, hukum itu disebut dengan hukum keadilan (dike).

Anaximenes

Anaximenes (585 – 524 SM) adalah murid Anaximandros, yang secara substansial, pemahamannya tentang alam tidak berbeda dengan gurunya. Anaximenes mengajarkan bahwa asal dari alam ini satu dan tidak terhingga. Hanya saja ia tidak dapat menerima ajaran Anaximandros bahwa yang asal itu tidak ada persamaan dengan barang yang lahir yang tak dapat dirupakan. Baginya, yang asal itu mestilah satu dari yang ada dan yang tampak. Barang yang asal itu ialah udara tidak berharga. Udara itulah yang satu dan tidak berharga.

Pandangan Anaximenes didasarkan atas alasan-alasan berikut:

Dunia ini diliputi oleh udara, tidak ada satu ruangan pun yang tidak terdapat udara didalamnya. Oleh karena itu, udara itu tidak ada habis-habisnya. Tidak berkesudahan dan tidak berkeputusan.

Suatu keistimewaan dari udara ialah ia senantiasa bergerak. Oleh karena itu udara memegang peranan yang penting dalam berbagai rencana kejadian dan perubahan dalam alam ini.

Udara adalah penyusun kehidupan atau dasar hidup. Tidak ada sesuatupun yang hidup tanpa udara.

Dalam pandangan tentang asal, Anaximenes turun kembali ketingkat yang sama dengan Thales. Kedua-duanya berpendapat yang asal itu mestilah salah satu dari yang ada dan yang kelihatan. Thales mengatakan air asal dan kesudahan dari segala-galanya, tetapi Anaximenes mengatakan asal muasal dari alam semesta adalah udara. Udara yang membalut dunia ini, menjadi sebab segala yang hidup. Jika tidak ada udara maka tidak ada yang hidup.

Sebagai kesimpulan ajarannya dikatakan, sebagaimana jiwa kita, yang tidak lain dari udara, menyatukan tubuh kita, demikian pula udara mengikat dunia ini menjadi satu. Sebagai ahli ilmu alam Anaximenes mencari jawabannya dengan memperhatikan pengalaman. Menurutnya segala sesuatu dari udara. Gerakan udara yang telah menciptakan keragaman alam. Menurutnya udara adalah Chausa Prima dari segala yang ada.

Pandangan yang luar biasa telah ditunjukan oleh Anaximens, pada masanya. Pikiran semacam ini merupakan keajaiban intelektual, meskipun pandangannya tentang terbangunnya alam masih dibawah pandangan Anaximendros.



2.4 Teori Penciptaan Alam Semesta dari Sisi Perpektif Religius

a.Penciptaan Alam Semesta Menurut Islam (Al-Qur'an)

Berbicara tentang penciptaan alam semesta dengan segala aspeknya, Al-Qur'an telah menyinggungnya dalam berbagai ayat. Menurut Al-Qur'an, alam ini tidak ada dengan sendirinya tetapi diciptakan oleh Allah dengan cara yang teratur dan dengan tujuan yang benar (haq), bukan main-main tanpa tujuan (QS, 44: 38).

Pada awalnya alam semesta ini berbentuk asap atau gas/dukhan (QS, 41: 11-12) untuk kemudian bercerai/berpisah membentuk benda-benda langit seperti bintang-bintang, matahari, planet-planet, bumi dan bulan.

Proses penciptaan alam semesta ini terjadi dalam waktu enam hari (waktu, era) (QS, Hud: 7 dan Al-Furqan: 59). Pengertian hari (yaum) di dalam Al Qur'an bisa berarti seribu tahun harinya manusia (QS, Al Haj: 47) atau bisa juga sama dengan lima puluh ribu tahun menurut ukuran manusia (QS, Al-Ma'arij: 4). Jadi satu harinya Tuhan bisa berarti jutaan tahun. Jika waktu enam hari (saat) ini kita kaitkan dengan teori Palaentologi yang menyatakan bahwa periodisasi pertumbuhan planet bumi ini terbagi atas enam periode yaitu: Azoicum, Exchoicum, Protorozoikum, Mezosoikum dan Cenozoikum (Kusumamihardja, et. All. 1978: 63). Bila kata hari (yaum) ditafsirkan secara metaforis sebagai tingkatan-tingkatan perubahan waktu, maka pemetaan konformal dari era (masa) proses terjadinya alam semesta dapat disamakan dengan evaluasi alam semesta dari teori Big-Bang (ledakan dashyat), juga sama dengan waktu kosmologi yang berjumlah enam, yaitu Era Planck, Era Hadron, Era lepton, Era radiasi, era pembentukkan Protogalaksi (Djay, 1990:18).

Dalam penciptaan alam semesta ini Al Qur'an menyiratkan kepada kita bahwa air adalah molekul yang pertama terjadi dalam proses molekulosynthese di alam semesta. Peristiwa itu terjadi sewaktu gaya elektro-magnetik sudah menunjukkan karakter sendiri setelah umur alam semesta mencapai 700.000 tahun yang dikenal sebagai "waktu rekombinasi". Peran air dalam proses biologis dan biokimiawi sudah banyak dipahami dan dijelaskan dalam banyak literatur (Djay, 1990:16-17).

Di dalam penciptaan alam semesta ini Tuhan telah pula memberikan hukum/hukum alam semesta (sunnatullah). Hukum yang mengatur alam semesta ini bersifat pasti dan tetap yang dalam istilah al-Quran disebut takdir atau qadar, artinya sesuai ukuran yang persis dan pasti (QS, Muhammad: 2).

Alam semesta ini terus mengembang atau berekspansi ke seluruh arah dalam ruang yang seolah-olah tanpa batas. Artinya alam semesta ini dalam proses menjadi (QS Fatir: 1; Al-Ankabut: 20). Gerak dan dorongan yang penuh keajaiban dalam perjalanan alam semesta itu adalah sebagai tanda-tanda yang aneh yang seharusnya menjadi bahan pemikiran manusia yang berakal (QS, An-Nur: 44; An Nah: 12).

Meskipun alam terus berekspansi, namun pada akhirnya ia akan hancur/musnah atas kehendak Tuhan rabbul-'alamin/semesta alam sebagaimana disebutkan misalnya di dalam QS, Al-Haqqah: 13-16 dan surat Al-Mursalat: 8-10. Jadi alam tidaklah abadi. Hal ini dibuktikan sebagaimana hasil Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Summit) di Rio de Janeiro Pada awal Juni 1992 bahwa dalam kurun waktu dua puluh tahun terakhir ini tanaman dan pepohonan yang tumbuh dikawasan hutan sebanyak 200.000.000 hektar telah hancur. Selain itu 20.000 species binatang dan tumbuhan yang hidup di dekat (bersama-sama) manusia telah lenyap (Tempo, 13 Juni 1992: 52-54). Juga sebuah seminar tentang teori evolusi organik di Chicago AS pada bulan Oktober 1980 dilaporkan bahwa berdasarkan penelitian fosil selama ratusan tahun terbukti bahwa berbagai spesies kehidupan muncul secara mendadak pada suatu ketika pada kurun waktu geologis, bertahan selama jutaan tahun tanpa perubahan lalu punah (Tempo, 27 Oktober 1980: 23).

Dari uraian di atas kita ketahui bahwa ternyata ada persesuaian antara proses terjadinya alam semesta menurut Al-Qur'an dengan teori ilmu pengetahuan, misalnya dengan teori Big-Bang (Kusumamiharja et all, 1978: 54-55).

b.Kejadian Alam Semesta Menurut Konsep India (Agama Hindu)

Agama Brahma, yang pada masa belakangan disebut dengan agama Hindu, dimulai dengan keyakinan terhadap kodrat Maha Tunggal (Brahma). Tapi belakangan agama Hindu berbalik dari keyakinan Monotheisme ke Politheisme, yakni berbalik menganut keyakinan tentang sekian banyak dewa-dewa seperti ada di dalam kisah-kisah Mahabhrata dan kisah Ramayana, yang merupakan kitab terpandang dalam agama Hindu.

Kitab suci yang asli dalam agama Brahma itu adalah Veda yang berasal dari vydia (ilmu) yang terdiri atas empat bagian yaitu:

1.    Rig-veda,

2.    Sama-veda,

3.    Yayur-veda,

4.    Atharva-veda.

Pembahasan bidang pohon keyakinan/kepercayaan (akidah) dari Veda ada dalam himpunan Upanishads. Menjelang abad IX M, jumlah Upanishads itu telah mencapai 108 buah. Pada akhir abad IX itu muncul seorang pembaharu yang bernama Shankara yang mendapat sentuhan-sentuhan agama Islam, ketika Agama Islam menguasai anak benua India pada waktu itu (Syo'ib, 1988: 8-9). Shankara melakukan penelitian terhadap ke-108 buah Upanishads. Dari sejumlah 108 buah itu hanya mengakui 16 buah yang otentik, sisanya dinyatakan sisipan pada masa belakangan.

Ajaran Upanishads tentang Tuhan dan Alam, biasanya disebut filsafat Upanishads, merupakan sumber terkuat bagi pertumbuhan dan perkembangan mistik. Bahkan filsafat Plotinus (205-270 M) tentang Tuhan dan Alam yang pengaruhnya kuat terhadap agama Kristen dan dunia Islam dinyatakan terpengaruh oleh filsafat Timur oleh ahli sejarah Filsafat. Pertama, tentang kepercayaan terhadap kodrat Maha Tunggal. Kedua, keyakinan bahwa Alam itu pancaran Zat Tuhan (Syo'ib, 1988: 9).

Berikut ini kita lihat beberapa kutipan dari Upanishads:

Sungguh, alam semesta ini berasal dari Brahman. Di dalam brahman, ia hidup dan mendapat perwujudannya. Pasti, seluruhnya adalah Brahman. Biarlah seseorang terbebas dari cemar nafsu, menyembah Brahman saja (Upanishads, Chandoya).

Pada mula sesekali berada Maha Ada sendirian, Maha Esa tanpa ada yang kedua. Dia, yang Maha Esa, berpikir terhadap diri-Nya: Biarlah Aku menjadi banyak, biarlah Aku berkembang. Lantas dari zat-Nya sendiri. Dia melantunkan alam semesta dari zat-Nya sendiri, ia pun masuk ke dalam setiap ada (Upanishads, Chandogya).

Dia, zat yang sangat baik, lebih halus dari yang paling halus, yang di dalam-Nya berada alam semesta dan seluruh mahluk yang hidup di dalamnya. Dia itu Brahman yang tidak lenyap. Dia itu prinsip kehidupan. Dia itu berbicara. Dia itu memori. Capailah Dia, O sahabatku, tujuan satu-satunya yang harus dicapai (Upanishads, Mundaka).

Brahman itu Maha Agung; Dia itu zat yang cemerlang, Dia itu di luar seluruh pemikiran.Dia itu lebih halus dari yang paling halus, lebih jauh dari yang paling jauh, lebih dekat dari yang paling dekat. Dia bersemayam dala seroja hati seriap mahluk (Upanishads, Mundaka).

Brahman ini, zat ini, tersembunyi sangat dalam sekali di dalam seluruh mahluk, tidak di wahyukan kepada seluruhnya; tetapi hanya kepada orang suci, yang hatinya murni, memusatkan ingatan kepadanya saja. Dia diwahyukan. Iandria orang bijak tunduk kepada ingatannya, dan ingatannya tunduk kepada akalnya, dan akalnya tunduk kepada aku-nya, dan aku-nya itu tunduk kepada Dia (Upanishads, Katha).

Di dalam filsafat Hindu, faham emanasi tertuang di dalam kitab Upanishad
(kitab kedua dalam agam Hindu). Kitab itu memberikan gambaran tentang terjadinya alam semesta. Dinyatakan bahwa alam semesta ini oleh Brahman (Ada Tertinggi, Tuhan) ditimbulkan oleh unsur-unsur semesta itu sendiri sambil melakukan tapas, lalu masuk ke dalam semesta itu (Tait, Up.2.6). Di lain tempat dikatakan bahwa semesta ini terjadi karena sabda dari Dia Yang Tak terumuskan (Brihad, Up.3.9).

Di dalam Mundaka Upanishad, Brahma itu diumpamakan sebagai seekor laba-laba yang mengeluarkan benang-benangnya lalu ditariknya kembali atau dengan rambut yang tumbuh di kulit tubuh atau dengan percikan-percikan api yang dipancarkan oleh api. Di dalam pandangan ini dunia merupakan emanasi dari Brahman (Zotmulder, 1991: 60).

c.Kejadian Alam Semesta dalam Konsep Nasrani

Menurut kepercayaan kaum Nasrani, alam ini diciptakan Tuhan Allah selama enam hari dengan perantaraan Firman-Nya. Dalam Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (1962) ada pernyataan bahwa yang pertama dijadikan Allah adalah langit dan bumi. Pada saat itu kondisi bumi tertutup kabut tebal dan Roh Allah melayang-layang di atas muka air (Pasal 1, ayat 1-2).

Pada hari pertama Allah membuat terang dan gelap sebagai penanda adanya siang dan malam (Pasal 1: 3-5). Selanjutnya di hari kedua barulah dibuat langit yang membentang di antara air (Pasal 1: 6-7). Pada hari ketiga Allah membuat daratan dan lautan serta menciptakan rumput, tanaman berbiji dan berbuah dengan segala tabiatnya (Pasal 1: 9-13).

Selanjutnya di hari keempat, baru diciptakan matahari, bulan dan bintang (Pasal 1: 14-19). Pada hari kelima Allah menciptakan binatang-binatang laut dan burung-burung (Pasal 1: 20-23). Sedangkan pada hari keenam diciptakan binatang liar dengan segala tabiatnya. Pada hari keenam ini pula manusia laki-laki dan perempuan diciptakan sebagai peta Allah. Segala isi bumi ini diperuntukkan bagi manusia (Pasal 1: 24-31).

Pada hari ketujuh Allah beristirahat (Pasal II: 1-4). Kata beristirahatlah pada pasal II itu sebagai terjemahan dari bahas Ibrani "chabbat " (Sabat). Sampai hari ini pun hari sabtu adalah hari libur/istirahat bagi kaum Yahudi (Buchaile, 1978:42).

Terlepas dari kontradiksinya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, demikianlah adanya bagaimana Injil Perjanjian Lama menjelaskan tentang proses kejadian alam ini. Dr. Mauriche Buchaile di dalam La Bible, le Coran et La science telah mengupas banyak hal tentang proses terjadinya alam ini berdasarkan ilmu pengetahuan dan yang dikontrakan dengan Al Qur'an dan Bibel.

Dalam agama Kristen yang berpaham Trinitas (Katritunggalan Tuhan) ada kaitan dengan filsafat neo-Platonisme dan paham Nur Muhammad. Pada Injil Yohanes 1:1-3 dan 14 disebutkan:

"Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada sesuatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan .... Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebesaran (Lembaga Alkitab Indonesia, 1971:181).

Dalam kutipan dari Injil Yahya (Yohanes) itu disebutkan bahwa Anak (Yesus) sudah ada sebelum dunia ada, yaitu yang disebut dengan Firman (Kalam). Bila Kalam (Firman) itu tidak ada maka dunia ini pun tidak ada. Ini adalah konsepsi Neo-Platonis. Firman/Kalam dalam Injil Yahya tersebut di dalam Al Kitab bahasa Yunani (Yunani) dengan Logos. Tentang hal ini dalam buku Karena Allah itu Benar Adanya yang dikeluarkan oleh Kristen sekte Saksi Yehova menyatakan bahwa Kalam atau Logos yang disebut dalam Injil Yahya itu berkuasa dan menjabat posisi yang tinggi ini sebagai Logos. Sebab ia adalah mahluk yang pertama dari semua mahluk lain, maka itu adalah suatu Allah, tetapi bukan Allah yang maha Kuasa, yang adalah Yehuwa (1960: 33).

Dalam Yohanes 1: 1-3 terjemahan emphatic Diaglott tapi masih memakai kata Logos. Istilah Logos ini yang sudah masuk ke dalam Injil Yohanes, yang diterjemahkan dengan Kalam/Firman/The Word, sebenarnya memang mengambil dari filsafat Neo-Platonisme. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh O. Hashem: "Filsafat Neo-Platonis ini telah dimasukkan ke dalam Injil Yohannes dengan mengambil istilah Logos yang berasal dari Plato (1965: 40).






DAFTAR PUSTAKA



Herabudin. 2010. Ilmu Alamiah Dasar. Pustaka Setia: Bandung

Jablonski dan Choplin. 2000. Catatan Teratur Evolusi Manusia.

Leakey, Richard. 2003. Asal Usul Manusia. Kepustakaan Populer Gramedia:                                      Jakarta.

Darmo, Hendro dan  Yeni Kaligis.2004. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : Universitas Terbuka

Hudiyono, Sumi. 2004. Alam Pikiran Manusia dan Perkembangannya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Jasin, Maskoeri. 2006. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.