BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Alam semesta atau jagat raya ini dapat diartikan
sebagai suatu ruangan atau lingkup atau cakupan yang maha besar dimana
didalamnya terjadi segala sesuatu peristiwa alam yang dapat diungkapkan manusia
maupun yang belum dapat diungkapkan oleh manusia. Alam semesta terbentuk
kira-kira ribuan juta tahun yang lalu yang bersamaan dengan adanya ledakan
besar. Namun bukan hanya teori ledakan besar saja yang menjadi satu-satunya
teori terbentuknya alam semesta ada teori-teori lain yang memiliki bukti yang
kuat tentang terbentuknya alam semesta seperti teori dentuman, teori creation
continua, teori ekspansi dan teori-teori lainnya. Bukan hanya ada teori tetapi
adanya alam semesta ini juga melalui tahap-tahap. Peristiwa penciptaan alam
semesta terjadi selama enam masa dalam perspektif Islam, sebagaimana dinyatakan
oleh Allah, dan disepakati oleh ilmuwan ahli ilmu alam dalam enam tahap. Namun
terlepas dari itu semua kami tetap menyadari kalau adanya alam semesta ini
karena kehendak-Nya, karena Beliaulah yang maha kuasa dan berkehendak dimuka
bumi ini atas ciptaannya.
Oleh sebab itu kita tidak boleh heran bahwa sejak
zaman purbakala hingga sekarang manusia dari berbagai peradaban mencoba
menemukan model terbentuknya bumi sesuai dengan tingkat perkembangan
pengetahuan dan kecendekiaannya. Perkembangan citra manusia mengenai alam raya
seringkali terikat sangat erat pada pengetahuan apriori yang diturunkan kepadanya
melalui otoritas. Hal ini menyebabkan bahwa pandangan tentang alam raya sulit
diuji kebenarannya melalui pengalaman.
Bagaimana konsepsi para ilmuwan tentang penciptaan
jagad raya dan pemikiran apa yang melandasinya? Konsepsi itu berubah-ubah
sepanjang sejarah, bergantung pada tingkat kecanggihan alat-alat observasinya,
dan bergantung pada tingkat kemajuan fisika itu sendiri. Konsepsi yang mereka
kemukakan bahwa jagad raya ini tidak terbatas dan besarnya tidak terhingga,
konsepsi ini berasal dari Newton. Konsepsi mereka yang lain adalah bahwa ala
mini tidak berubah keadaannya sejak waktu tak terhingga lamanya sampai masa
yang akan datang. Dan tentunya juga masih akan terus berkembang teori yang akan
lebih relevan atau diterima oleh masyarakat dunia di abad millennium ini. Dalam
ringkasan ini penulis akan mencoba membahas tentang perkembangan pemikiran
tentang pembentukan alam raya ditinjau dari pandangan ilmu pengetahuan (
science ).
1.2
Rumusan Masalah
Agar pembahasan dalam makalah ini tidak
lari dari sub judul, ada baiknya penyusun merumuskan masalah-masalah yang akan
dibahas, antara lain:
1. Apakah pengertian dari alam semesta
?
2. Seperti apa teori penciptaan alam
semesta dari sisi perspektif sains ?
3. Seperti apa teori penciptaan alam
semesta dari sisi perspektif filosofis ?
4. Seperti apa teori penciptaan alam
semesta dari sisi perspektif religius ?
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan penyusun menulis makalah ini antara lain :
a. Untuk
melengkapi tugas mata
kuliah Konsep-konsep MIPA;
b. Mahasiswa mampu memahami pengertian
dari alam semesta.
c. Mahasiswa dapat mengetahui teori
penciptaan alam semesta dari sisi perspektif sains.
d. Mahasiswa dapat mengetahui teori
penciptaan alam semesta dari sisi perspektif filosofis.
e. Mahasiswa dapat mengetahui teori
penciptaan alam semesta dari sisi perspektif religious.
f. Mahasiswa dapat menjelaskan proses
pembentukan alam semesta.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Alam Semesta
Alam semesta adalah fana. Ada
penciptaan, proses dari ketiadaan menjadi ada, dan akhirnya hancur.
Bagaimanakah alam semesta tak terbatas tempat kita tinggal ini terbentuk?
Bagaimanakah keseimbangan, keselarasan dan keteraturan jagat raya ini
berkembang? Bagaimanakah Bumi ini menjadi tempat tinggal yang tepat dan
terlindung bagi kita? Aneka pertanyaan ini telah menarik perhatian sejak ras
manusia bermula. Para ilmuwan dan filsuf yang mencari jawaban dengan kecerdasan
dan akal sehat mereka sampai pada kesimpulan bahwa rancangan dan keteraturan
alam semesta merupakan bukti keberadaan Pencipta Maha Tinggi yang menguasai
seluruh jagat raya.
Alam semesta atau jagad raya
didefinisikan sebagai ruang waktu dimana semua energy dan materi berkumpul.
Massa dan energy yang berada di alam semesta terdiri atas 73% energy gelap, 23%
materi gelap dingin dan 4% atom. Alam semesta mungkin mempunyai 1011 galaksi
dimana tiap-tiap galaksi mempunyai 1011 bintang yang tersebar dengan
masing-masing bintang memiliki 1057 atom hydrogen. Dan sekitar tahun 700 – 600
SM, orang Babylon beranggapan bahwa alam semesta merupakan suatu ruangan atau
selungkup dimana bumi yang datar sebagai lantainya, sedangkan langit sebagai
bentuk ruangan yang begitu luas.
Ukuran diameter Bumi ( 12.500 km )
baru diketahui pada abad ke-3 ( oleh Eratosthenes ), jarak ke Bulan ( 384.400
km ) abad ke-16 ( Tycho Brahe, 1588 ), jarak ke Matahari ( sekitar 150 juta km
) abad ke-17 ( Cassini, 1672 ), jarak bintang 61 Cygni abad ke-19, jarak ke
pusat galaksi abad ke-20 ( Shapley, 1918 ), jarak ke galaksi luar ( 1929 ),
Quasar dan Big Bang ( 1965 ). Perjalanan panjang ini terus berlanjut antar
generasi. Namun pendapat ini sudah sangatlah lama. Pengertian alam semesta yang
sebenarnya adalah suatu ruangan yang maha besar, dimana didalamnya terjadi
segala peristiwa alam yang dapat diungkapkan manusia maupun yang belum diungkap
manusia, dan pendapat ini dijelaskan kembali oleh Nicolas Copernicus dalam
bukunya yang berjudul “ De Revolutionisme Orbium Coelestium “ yang menyatakan
bahwa alam semesta adalah tempat tinggal bagi makhluk hidup di Bumi.
Alam (dalam artian luas
memiliki makna yang setara dengan dunia alam, dunia fisik, atau dunia
materi) mengacu kepada fenomena dunia fisik dan juga kehidupan secara umum.
Kata alam merupakan
terjemahan dari bahasa Inggris "nature",
yang berasal dari kata Latin natura, atau "kualitas esensial,
disposisi bawaan", dan pada zaman dahulu, secara harfiah berarti
"kelahiran". Natura adalah terjemahan Latin dari kata
Yunani , yang awalnya terkait dengan karakteristik bawaan yang dimiliki
tanaman, hewan, dan berbagai fitur lain di dunia. Konsep alam sebagai
keseluruhan, atau alam semesta fisik, merupakan pengembangan konsep aslinya; dimulai
dari penerapan kata Yunani oleh filsuf-filsuf, dan sejak saat itu terus
berkembang.
Dalam berbagai penggunaan
kata tersebut pada saat ini, "alam" sering mengacu kepada geologi. Kata alam mungkin mengacu
secara umum ke berbagai jenis tanaman hidup dan hewan, dan dalam beberapa kasus
ke proses yang berhubungan dengan benda mati mengenai keberadaan jenis-jenis
tertentu suatu benda dan bagaimana mereka berubah dengan sendirinya, seperti cuaca dan geologi di Bumi, dan materi serta energi dari mana semua
hal-hal tersebut tersusun darinya. Kata ini sering diartikan sebagai
"lingkungan alam" atau hewan liar, batu, hutan, pantai, dan secara
umum hal-hal yang belum diubah secara substansial oleh campur tangan manusia,
atau yang bertahan meskipun ada intervensi manusia. Sebagai, contoh, objek yang
dibuat dan interaksi manusia umumnya tidak dianggap sebagai bagian dari alam,
kecuali jika dinilai sebagai, misalnya, "sifat manusia" atau
"seluruh alam". Konsep yang lebih tradisional dari hal-hal alami
tersebut, yang masih dapat ditemukan hari ini, menyiratkan perbedaan antara
alami dan buatan, yang dimaksud dengan kata buatan dipahami sebagai hasil kesadaran atau pikiran manusia. Tergantung pada
konteks tertentu, istilah "alam" juga dapat dibedakan dari yang tidak
wajar.
Pengertian alam semesta
mencakup tentang mikrokosmos dan makrokosmos. Mikrokosmos adalah benda-benda
yang mempunyai ukuran yang sangat kecil, misalnya atom, elektron, sel, amuba
dan sebagainya. Sedangkan makrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai ukuran
yang sangat besar, misalnya bintang, planet dan galaksi.
Para ahli astronomi
menggunakan istilah alam semesta dalam pengertian tentang ruang angkasa dan
benda-benda langit yang ada didalamnya.
2.2 Teori Penciptaan Alam Semesta dari
Sisi Perpektif Ilmu Sains
Alam semesta adalah suatu
hamparan atau ruangan yang sangat luas yang tak di ketahui atau tak dapat di
bayangkan luasnya. alam semesta diduga bentuknya melengkung dan dalam keadaan
memuai serta terdiri atas galaksi-galaksi atau siste bintang yang jumlahnya
ribuan.
Bumi adalah salah satu
bagian dari alam semesta ini. maka tak heran terciptanya bumi ini berhubungan
erat dengan terbentuknya alam semesta. Berikut adalah teori-teori yang
menjelaskan tentang terbentuknya alam semesta menurut ilmu sains (para ahli
sains).
a. Teori
Kabut
Teori kabut dikemukakan oleh
dua orang ilmuan yaitu Imanuel Kant (1724-1804) seorang ahli filsafat bangsa
Jerman dan Piere Simon Laplace (1749-1827) ahli astronomi bangsa Perancis. Kant
mengemukakan teorinya tahun 1755, sedangkan Laplace mengemukakan tahun 1796
dengan nama Nebular Hypothesis. Pada akhir abad ke-19 teori kabut
disanggah oleh beberapa ahli seperti James Clark Maxwell yang memeberikan
kesimpulan bahwa bila bahan pembentuk planet terdistribusi disekitar matahari
membentuk suatu cakram atau suatu piringan, maka gaya yang disebabkan oleh
perbedaan perputaran (kecepatan anguler) akan mencegah terjadinya pembekuan
planet. Pada abad ke-20 percobaan dilakukan untuk membuktikan terbentuknya
cincin-cincin Laplace, menunjukkan bahwa medan magnet dan medan listrik
matahari telah merusak proses pembekuan batu-batuan. Jadi tidak ada alasan yang
kuat untuk menyatakan bahwa cincin gas dapat membeku membantuk planet.
b. Teori
Planetisimal
Teori planetisimal pertama
kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlain dan Forest R. Moulton pada tahun
1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Matahari terdiri dari massa gas
bermassa besar sekali, Pada suatu saat melintas bintang lain yang ukurannya
hampir sama dengan matahari, bintang tersebut melintas begitu dekat sehingga
hampir menjadi tabrakan. Karena dekatnya lintasan pengaruh gaya gravitasi
antara dua bintang tersebut mengakibatkan tertariknya gas dan materi ringan
pada bagian tepi. Karena pengaruh gaya gravitasi tersebut sebagian materi
terlempar meninggalkan permukaan matahari dan permukaan bintang. Materi-materi
yang terlempar mulai menyusut dan membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut
planetisimal. Planetisimal-Planetisimal lalu menjadi dingin dan padat yang pada
akhirnya membentuk planet-planet yang mengelilingi matahari.
c. Teori
Pasang Surut Gas
Teori pasang surut bintang
pertama kali dikemukakan oleh James Jean dan Herold Jaffries pada tahun 1917.
Hipotesis sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek, sehingga
menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat matahari itu
masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut yang kita
kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan
dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi). Tetapi, jika
sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan matahari mendekat, maka
akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh matahari,
yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung tersebut akan
mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar yang besar
sekali, menjulur dari massa matahari dan merentang ke arah bintang besar itu.
Dalam lidah yang panas ini
terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini akan pecah, lalu
berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet. Bintang besar
yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan
perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang pengaruhnya
terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu akan berputar
mengelilingi matahari dan mengalami proses pendinginan. Proses pendinginan ini
berjalan dengan lambat pada planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus,
sedangkan pada planet-planet kecil seperti Bumi kita, pendinginan berjalan
relatif lebih cepat.
d. Teori
Kondensasi/Kuiper
Teori kondensasi mulanya
dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada
tahun 1950. Teori Kuiper mengemukakan bahwa pada mulanya ada nebula besar
berbentuk piringan cakram. Pusat piringan adalah protomatahari, sedangkan massa
gas yang berputar mengelilingi promatahari adalah protoplanet. Pusat piringan
yang merupakan protomatahari menjadi sangat panas, sedangkan protoplanet
menjadi dingin. Unsur ringan tersebut menguap dan menggumpal menjadi
planet-planet. Dalam teorinya beliau juga mengatakan bahwa tata surya pada
mulanya berupa bola kabut raksasa. Kabut ini terdiri dari debu, es, dan gas.
Bola kabut ini berputar pada porosnya sehingga bagian-bagian yang ringan
terlempar ke luar, sedangkan bagian yang berat berkumpul di pusatnya membentuk
sebuah cakram mulai menyusut dan perputarannya semakin cepat, serta suhunya
bertambah, akhirnya terbentuklah matahari.
e. Teori
Bintang Kembar
Teori ini dikemukakan oleh
seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton. Menurut teori ini, galaksi berasal
dari kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang meledak sehingga banyak
material yang terlempar. Karena bintang yang tidak meledak mempunyai gaya
gravitasi yang masih kuat, maka sebaran pecahan ledakan bintang tersebut
mengelilingi bintang yang tidak meledak itu. Bintang yang tidak meledak itu
sekarang disebut dengan matahari, sedangkan pecahan bintang yang lain adalah
planet-planet yang mengelilinginya.
f. Teori
Ledakan Maha Dahsyat (Big Bang)
Pada
awal abad ke-21 muncul teori ledakan maha dahsyat Big Bang, membentuk
keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun yang lalu. Jagat raya tercipta
dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Pada
awalnya alam semesta ini berupa satu massa maha padat. Massa maha padat ini
dapat dianggap suatu atom maha padat dengan ukuran maha kecil yang kemudian
mengalami reaksi radioaktif dan akhirnya mneghasilkan ledakan maha dahsyat.
Teori ini berbunyi: “Alam semesta diciptakan kira-kira 15.000.000.000
(lima belas trilyun) tahun yang lalu, kejadiannya berawal dari meledaknya atom
prima atau atom awal (Primeval Atom).
Ledakan itu sangat besar dan dasyat yang menyebabkan berhamburannya seluruh isi
(Materi dan energi)atom prima itu ke segala arah.”
Dengan dasar teori Big Bang itu, para ahli sekarang berhasil mereka ulang
pembentukan alam semesta dari waktu ke waktu, dimulai dari pristiwa Big Bang
bahkan saat ini mereka dapat memperkirakan bagaimana bentuk alam semesta ini
beberapa abad nanti, contohnya jika Galaksi Bimasakti (Milkyway)
tempat kita berpijak dan galaksi tetangga yang paling dekat yaitu Galaksi Andromeda akan saling bergerak
mendekat dan suatu saat mereka akan bertabrakan.
2.3 Teori Penciptaan Alam Semesta dari
Sisi Perpektif Filosofis
Menurut Juhaya S. Pradja
(2003:50-58), para filosof yunani yang pertama tidak lahir ditanah airnya
sendiri, melainkan ditanah perantauan di asia timur. Mereka merantau karena
pada saat itu daerah tempat tinggal mereka tanahnya tidak subur dan sepanjang daratannya
dilalui oleh bukit barisan, serta banyak teluk yang menjorok kedaratan.
Sehingga tidak banyak tanah yang baik untuk tempat tinggal. Tetapi setelah
mereka merantau ke asia timur tersebut maka hidup mereka lebih makmur dengan
adanya mata pencaharian yaitu perniagaan dan pelayanaan.
Itulah sebabnya, miletus di
asia timur, kota tempat mereka merantau menjadi tempat lahirnya filosof-filosof
yunani yang pertama. Ciri umum filsafat yunani ialah rasionalisme. Rasionalisme
itu mencapai puncaknya pada orang-orang sofis. Pemikiran filsafat mulai
berkembang sekitar awal abad 6 sebelum masehi. Pemikiran filsafat juga bukan
saja dalam arti sempit, tetapi pemikiran yang ilmiah pada umumnya, pemikiran
filsafat tidak berujung dalam permasalahan yang belum diketahui kebenaran,
melainkan harus benar-benar diketahui kebenarannya.
Adapun filosof-filosof yang
pertama yaitu yang pertama yaitu seperti Thales, Anaximandros dan anaximenes.
Thales
Thales (595-549 SM), adalah
orang militus yang hidup pada abad ke-6 sebelum masehi, dan merupakan orang
yang pertama di gelari bapak filsafat. Gelar itu diberikan kepada thales karena
telah mengajukan pertayaan yang amat mendasar, yang jarang diperhatikan orang
apalagi pada jaman sekarang.
Thales merupakan seorang
saudagar yang sering berlayar kenegri mesir, dari situlah thales menemukan ilmu
ukur dari mesir dan membawanya ke yunani, kemudian di yunani thales
menceritakan bahwa ia dapat memiliki ilmu mengukur firamid, cara mengukur
jauhnya kapal di laut, ia juga mempunyai teori tentang banjir tahunan sungau
nil dimesir bahkan ia berhasil meramal terjadinya gerhana matahari pada tanggal
28 mei tahun 585 M. oleh karena itu ia dikenal sebagai ahli astronomi dan
metafisika.
Menurut Thales bahwa asal
mula alam semesta adalah Air, karena air adalah pusat dan sumber dari segala
kehidupan. Segala sesuatu bersumber dari air dan kembali lagi menjadi air
misalnya tumbuh-tumbuhan dan binatang lahir ditempat yang lembab,
bakteri-bakteri hidup dan berkembang ditempat yang lembab, dan bakteri pun memakan
makanan yang lembab dan kelembaban itu bersumber dari air. Dari air itulah
terjadi tumbuh-tumbuhan dan binatang bahkan tanah pun mengandung air. Argumen
Thales ini merupakan argumen yang bukan hanya rasional tetapi observatif,
meskipun pada zamannya dulu belum lahir ilmu pengetahuan yang segala sesuatunya
itu baru dikatakan benar jika telah terbukti secara empirik dan observatif.
Oleh karena itu thales berpendapat bahwa asal muasal alam semesta itu air
dengan alasan yang kuat, thales telah membuka alam fikiran dan kenyakinan alam
semesta serta asal muasalnya. Tanpa menunggu hadirnya penemuan ilmiah atau
dalil-dalil agamis, bagi thales semua kehidupan berasal dari air bahklan air
berasal dari air. Air adalah causa prima dari segala yang ada atau yang jadi, tetapi
juga akhir dari segala yang jadi diawal air dan ujung air, atau dengan
perkataan filosof air adalah subta (bingkai) dan subtabsi (isi) bertitik tolak
dari pemikiran tersebut. Tak ada jurang pemisah antara hidup dengan mati
semuanya sama.
Thales berpendapat bahwa
asal alam semesta adalah air karena dari pengalamannya juga yaitu sebagai
saudagar yang senag berlayar dari Negara yang satu ke Negara yang lain, dengan
demikian Thales hidup selalu berhubungan dengan air, kehidupan Thales yang
seperti itu, Thales dapat menyimpulkan bahwa segala sesuatunya berasala dari
air, dengan alasan yang kuat Thales berpendapat bahwa asal muasal alam semesta
adalah air dan air yang cair itu merupakan pangkal, pokok, dasar, segala
sesuatunya. Semua barang terjadi dari air dan kembali pada air pula.
Dengan jalan pemikirannya,
Thales mendapat kepuasan yang senan tiasa mengikat perhatian semua orang, apa
asal alam ini? Apa yang menjadi sebab penghabisan dari segala yang ada. Dilihat
dari pengalamannya tersebut dijadikan pikirannya untuk menyusun bangun alam,
sebagai seorang pesisir ia dapat melihat dengan mata kepala sendiri betapa
nasib rakyat disana bergantung kepada air sungai nil. Air sungai nil itulah
yang menyuburkan tanah sepanjang alirannya sehingga dapat dialami oleh menusia,
jika tak ada sungai nil yang melimpahkan airnya sewaktu-waktu kedarat, negeri
mesir kembali menjadi padang pasir. Sebagai seorang saudagar pelayar Thales
melihat pula kemegahan air laut, yang menimbulkan rasa takajub sewaktu-waktu
air laut dapat menggulung dan menghayutkan, memusnahkan serta menghidupkan.
Disini dihapuskannya segala yang hidup. Akan tetapi bibit dan kayu-kayuan yang
ditumbangnya itulah dihanyutkan dan dihantarkannya kepantai tanah lain.
Kemudian bibit dan buah itu tumbuh disana dan menjadi tanaman hidup.
Dalam pandangam Thales
animisme ialah kepercayaan bahwa bukan saja barang hidup yang mempunyai jiwa,
tetapi juga benda mati. Kepercayaan tersebut dikuatkan oleh pengalamannya pula
misalnya besi berani dan batu api yang digosok sampai panas menarik barang yang
dekat padanya. Ini dipandang sebagai mempunyai kodrat tanda berjiwa.
Anaximandros
Anakimandros (610 – 547 SM)
adalah murid dari Thales, usianya lebih muda dari thales tetapi meninggal
dunianya 2 tahun lebih dulu dari Thales, sebagai filosof dia lebih
berpengaruh dari gurunya. Sama halnya dengan gurunya Anaximandros juga ingin
mencari asal dari segalanya ia tidak menerima saja apa yang diajarkan oleh
gurunya. Yang dapat diterima akalnya bahwa yang asal itu satu tidak banyak. Akan
tetapi yang satu ini bukan air dan bukan suatu anasir yang dapat diamati oleh
panca indra. Menurut Anximandros segala sesuatu itu berasal
dari “to aperion” yaitu yang tak terbatas dan sesuatu yang tak
terhingga.
Didalam buku filsafat,
aperion itu kadang-kadang diartikan sebagai the bnundies the idenfinite, atau the
infinite yaitu tidak terhingga, tak terbatas, atau tidak tersusun dinamkan
demikian karena yang dijadikan dalm alam ini tidak terhingga banyaknya.
Infinite menurut
bahasa latin ialah in (tidak) dan finise (batas,
akhir), jadi tanpa batas. Secara etimologis istilah ini diperoleh denagn
menegaskan finite (terbatas). Namun ada yang mengatkan bahwa kosepsi
yang infinite (tak terbatas) mendahului yang terbatas.
Beberapa Konsep Aperion
Konsep aperion sebagai
keluasan spasial dan substansi tidak terbatas ditemukan dalam filsafat yunani
(Anaximandros, Anaximenes, Xenophenes, Melissus, Kaumatonius, dsb). Tetapi
filusuf seperti Plato dan Aristoteles serta para pengikut menyakini alam
semesta terbatas.
Konsep Aperion dipakai untuk
menunjukan rangkain pembagian yang terbatas atau di pakai untuk menunjukan
rangkain kesatuan yang tidak terhingga ini mengacu pada analisis gerak, waktu,
dan luas dalam tempat, pandangan ini diterima oleh Zeno.
Anaximandros merupakan yang
pertama menunujukan aperion yang merupakan asal dan tujuan sesuatu,
Anaximandros mencari prinsif terakhir yang dapat memberikan pengertian mengenai
kejadian dalam alam semesta. Menurutnya prinsip terakhir ialah to Aperion.
Aperion itu bersifat ilahi, abadi, tak terubahkan, dan tak terhancurkan, utama,
kekal, eksistensi segala sesuatu dan meliputi segala sesuatu.
Penjelasan Pandangan Anaximandros
Aristoteles menerangkan
mengapa Anaximandros menunjukkan Aperion itu sebagai prinsip fundamental. Andai
saja prinsip itu sama dengan salah satu anasir seperti air pada gurunya Thales.
Air itu meresapi segalanya, dengan kata lain air itu tidak terhingga. Tetapi
jika demikian tidak ada lagi untuk anasir lain berlawanan dengannya: Air sebagi
anisir kering, dan sebab itu Anaximandros tidak puas dengan menunjukan salah
satu anisir sebagai prinsip terakhir, melainkan ia mencari sesuatu yang lebih
mendalam yang tidak dapat diamati oleh panca indera.
Bagaimana dunia timbul dari
prinsip yang terbatas itu? karena suatu pencarian dari Aperion ini tidak lepas
dari unsur-unsur berlawanan: yang panas dan yang dingin, kering dan basah.
Unsur-unsur itu selalu berperang satu sama lainnya. Musim panas misalnya selalu
mengalahkan musim dingin dan sebaliknya. Tetapi bila mana satu unsur dominan.
Karena keadaan ini dirasakan tidak adil keseimbangan neraca harus dipulihkan
kembali. Jadi, ada satu hukum yang mengatasi unsur-unsur dunia, hukum itu
disebut dengan hukum keadilan (dike).
Anaximenes
Anaximenes (585 – 524 SM)
adalah murid Anaximandros, yang secara substansial, pemahamannya tentang alam
tidak berbeda dengan gurunya. Anaximenes mengajarkan bahwa asal dari alam ini
satu dan tidak terhingga. Hanya saja ia tidak dapat menerima ajaran
Anaximandros bahwa yang asal itu tidak ada persamaan dengan barang yang lahir
yang tak dapat dirupakan. Baginya, yang asal itu mestilah satu dari yang ada
dan yang tampak. Barang yang asal itu ialah udara tidak berharga. Udara itulah
yang satu dan tidak berharga.
Pandangan Anaximenes didasarkan atas alasan-alasan
berikut:
Dunia ini diliputi oleh
udara, tidak ada satu ruangan pun yang tidak terdapat udara didalamnya. Oleh
karena itu, udara itu tidak ada habis-habisnya. Tidak berkesudahan dan tidak
berkeputusan.
Suatu keistimewaan dari
udara ialah ia senantiasa bergerak. Oleh karena itu udara memegang peranan yang
penting dalam berbagai rencana kejadian dan perubahan dalam alam ini.
Udara adalah penyusun
kehidupan atau dasar hidup. Tidak ada sesuatupun yang hidup tanpa udara.
Dalam pandangan tentang asal,
Anaximenes turun kembali ketingkat yang sama dengan Thales. Kedua-duanya
berpendapat yang asal itu mestilah salah satu dari yang ada dan yang kelihatan.
Thales mengatakan air asal dan kesudahan dari segala-galanya, tetapi Anaximenes
mengatakan asal muasal dari alam semesta adalah udara. Udara yang membalut
dunia ini, menjadi sebab segala yang hidup. Jika tidak ada udara maka tidak ada
yang hidup.
Sebagai kesimpulan ajarannya
dikatakan, sebagaimana jiwa kita, yang tidak lain dari udara, menyatukan tubuh
kita, demikian pula udara mengikat dunia ini menjadi satu. Sebagai ahli ilmu
alam Anaximenes mencari jawabannya dengan memperhatikan pengalaman. Menurutnya
segala sesuatu dari udara. Gerakan udara yang telah menciptakan keragaman alam.
Menurutnya udara adalah Chausa Prima dari segala yang ada.
Pandangan yang luar biasa
telah ditunjukan oleh Anaximens, pada masanya. Pikiran semacam ini merupakan
keajaiban intelektual, meskipun pandangannya tentang terbangunnya alam masih
dibawah pandangan Anaximendros.
2.4 Teori Penciptaan Alam Semesta dari
Sisi Perpektif Religius
a.Penciptaan Alam
Semesta Menurut Islam (Al-Qur'an)
Berbicara tentang penciptaan
alam semesta dengan segala aspeknya, Al-Qur'an telah menyinggungnya dalam
berbagai ayat. Menurut Al-Qur'an, alam ini tidak ada dengan sendirinya
tetapi diciptakan oleh Allah dengan cara yang teratur dan dengan tujuan yang
benar (haq), bukan main-main tanpa tujuan (QS, 44: 38).
Pada awalnya alam semesta
ini berbentuk asap atau gas/dukhan (QS, 41: 11-12) untuk kemudian bercerai/berpisah
membentuk benda-benda langit seperti bintang-bintang, matahari, planet-planet,
bumi dan bulan.
Proses penciptaan alam
semesta ini terjadi dalam waktu enam hari (waktu, era) (QS, Hud: 7 dan
Al-Furqan: 59). Pengertian hari (yaum) di dalam Al Qur'an bisa
berarti seribu tahun harinya manusia (QS, Al Haj: 47) atau bisa juga sama
dengan lima puluh ribu tahun menurut ukuran manusia (QS, Al-Ma'arij:
4). Jadi satu harinya Tuhan bisa berarti jutaan tahun. Jika waktu
enam hari (saat) ini kita kaitkan dengan teori Palaentologi yang
menyatakan bahwa periodisasi pertumbuhan planet bumi ini terbagi atas enam
periode yaitu: Azoicum, Exchoicum, Protorozoikum, Mezosoikum dan Cenozoikum
(Kusumamihardja, et. All. 1978: 63). Bila kata hari (yaum)
ditafsirkan secara metaforis sebagai tingkatan-tingkatan perubahan waktu, maka
pemetaan konformal dari era (masa) proses terjadinya alam semesta dapat
disamakan dengan evaluasi alam semesta dari teori Big-Bang (ledakan
dashyat), juga sama dengan waktu kosmologi yang berjumlah enam, yaitu Era
Planck, Era Hadron, Era lepton, Era radiasi, era pembentukkan Protogalaksi
(Djay, 1990:18).
Dalam penciptaan alam
semesta ini Al Qur'an menyiratkan kepada kita bahwa air adalah molekul yang
pertama terjadi dalam proses molekulosynthese di alam semesta. Peristiwa
itu terjadi sewaktu gaya elektro-magnetik sudah menunjukkan karakter sendiri
setelah umur alam semesta mencapai 700.000 tahun yang dikenal sebagai
"waktu rekombinasi". Peran air dalam proses biologis dan biokimiawi
sudah banyak dipahami dan dijelaskan dalam banyak literatur (Djay, 1990:16-17).
Di dalam penciptaan alam
semesta ini Tuhan telah pula memberikan hukum/hukum alam semesta (sunnatullah). Hukum
yang mengatur alam semesta ini bersifat pasti dan tetap yang dalam istilah
al-Quran disebut takdir atau qadar, artinya sesuai
ukuran yang persis dan pasti (QS, Muhammad: 2).
Alam semesta ini terus
mengembang atau berekspansi ke seluruh arah dalam ruang yang seolah-olah tanpa
batas. Artinya alam semesta ini dalam proses menjadi (QS Fatir: 1;
Al-Ankabut: 20). Gerak dan dorongan yang penuh keajaiban dalam perjalanan alam
semesta itu adalah sebagai tanda-tanda yang aneh yang seharusnya menjadi bahan
pemikiran manusia yang berakal (QS, An-Nur: 44; An Nah: 12).
Meskipun alam terus berekspansi,
namun pada akhirnya ia akan hancur/musnah atas kehendak Tuhan rabbul-'alamin/semesta
alam sebagaimana disebutkan misalnya di dalam QS, Al-Haqqah: 13-16 dan surat
Al-Mursalat: 8-10. Jadi alam tidaklah abadi. Hal ini dibuktikan
sebagaimana hasil Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Summit) di Rio
de Janeiro Pada awal Juni 1992 bahwa dalam kurun waktu dua puluh tahun terakhir
ini tanaman dan pepohonan yang tumbuh dikawasan hutan sebanyak 200.000.000
hektar telah hancur. Selain itu 20.000 species binatang dan tumbuhan yang
hidup di dekat (bersama-sama) manusia telah lenyap (Tempo, 13 Juni
1992: 52-54). Juga sebuah seminar tentang teori evolusi organik di Chicago
AS pada bulan Oktober 1980 dilaporkan bahwa berdasarkan penelitian fosil selama
ratusan tahun terbukti bahwa berbagai spesies kehidupan muncul secara mendadak
pada suatu ketika pada kurun waktu geologis, bertahan selama jutaan tahun tanpa
perubahan lalu punah (Tempo, 27 Oktober 1980: 23).
Dari uraian di atas kita
ketahui bahwa ternyata ada persesuaian antara proses terjadinya alam semesta
menurut Al-Qur'an dengan teori ilmu pengetahuan, misalnya dengan teori Big-Bang
(Kusumamiharja et all, 1978: 54-55).
b.Kejadian Alam
Semesta Menurut Konsep India (Agama Hindu)
Agama Brahma, yang pada masa
belakangan disebut dengan agama Hindu, dimulai dengan keyakinan terhadap kodrat
Maha Tunggal (Brahma). Tapi belakangan agama Hindu berbalik dari keyakinan
Monotheisme ke Politheisme, yakni berbalik menganut keyakinan tentang sekian
banyak dewa-dewa seperti ada di dalam kisah-kisah Mahabhrata dan kisah Ramayana,
yang merupakan kitab terpandang dalam agama Hindu.
Kitab suci yang asli dalam
agama Brahma itu adalah Veda yang berasal dari vydia
(ilmu) yang terdiri atas empat bagian yaitu:
1. Rig-veda,
2. Sama-veda,
3. Yayur-veda,
4. Atharva-veda.
Pembahasan bidang pohon
keyakinan/kepercayaan (akidah) dari Veda ada dalam himpunan Upanishads. Menjelang
abad IX M, jumlah Upanishads itu telah mencapai 108 buah. Pada
akhir abad IX itu muncul seorang pembaharu yang bernama Shankara yang
mendapat sentuhan-sentuhan agama Islam, ketika Agama Islam menguasai anak benua
India pada waktu itu (Syo'ib, 1988: 8-9). Shankara melakukan penelitian
terhadap ke-108 buah Upanishads. Dari sejumlah 108 buah itu hanya
mengakui 16 buah yang otentik, sisanya dinyatakan sisipan pada masa belakangan.
Ajaran Upanishads
tentang Tuhan dan Alam, biasanya disebut filsafat Upanishads, merupakan
sumber terkuat bagi pertumbuhan dan perkembangan mistik. Bahkan filsafat
Plotinus (205-270 M) tentang Tuhan dan Alam yang pengaruhnya kuat terhadap
agama Kristen dan dunia Islam dinyatakan terpengaruh oleh filsafat Timur oleh
ahli sejarah Filsafat. Pertama, tentang kepercayaan terhadap kodrat Maha
Tunggal. Kedua, keyakinan bahwa Alam itu pancaran Zat Tuhan (Syo'ib, 1988: 9).
Berikut ini kita lihat
beberapa kutipan dari Upanishads:
Sungguh,
alam semesta ini berasal dari Brahman. Di dalam brahman, ia hidup dan
mendapat perwujudannya. Pasti, seluruhnya adalah Brahman. Biarlah
seseorang terbebas dari cemar nafsu, menyembah Brahman saja (Upanishads,
Chandoya).
Pada
mula sesekali berada Maha Ada sendirian, Maha Esa tanpa ada yang
kedua. Dia, yang Maha Esa, berpikir terhadap diri-Nya: Biarlah Aku menjadi
banyak, biarlah Aku berkembang. Lantas dari zat-Nya sendiri. Dia
melantunkan alam semesta dari zat-Nya sendiri, ia pun masuk ke dalam setiap ada
(Upanishads, Chandogya).
Dia,
zat yang sangat baik, lebih halus dari yang paling halus, yang di dalam-Nya
berada alam semesta dan seluruh mahluk yang hidup di dalamnya. Dia itu
Brahman yang tidak lenyap. Dia itu prinsip kehidupan. Dia itu
berbicara. Dia itu memori. Capailah Dia, O sahabatku, tujuan
satu-satunya yang harus dicapai (Upanishads, Mundaka).
Brahman
itu Maha Agung; Dia itu zat yang cemerlang, Dia itu di luar seluruh
pemikiran.Dia itu lebih halus dari yang paling halus, lebih jauh dari yang
paling jauh, lebih dekat dari yang paling dekat. Dia bersemayam dala
seroja hati seriap mahluk (Upanishads, Mundaka).
Brahman ini, zat ini,
tersembunyi sangat dalam sekali di dalam seluruh mahluk, tidak di wahyukan
kepada seluruhnya; tetapi hanya kepada orang suci, yang hatinya murni,
memusatkan ingatan kepadanya saja. Dia diwahyukan. Iandria orang bijak tunduk
kepada ingatannya, dan ingatannya tunduk kepada akalnya, dan akalnya tunduk
kepada aku-nya, dan aku-nya itu tunduk kepada Dia (Upanishads, Katha).
Di dalam filsafat Hindu,
faham emanasi tertuang di dalam kitab Upanishad
(kitab kedua dalam agam Hindu). Kitab itu memberikan gambaran tentang terjadinya alam semesta. Dinyatakan bahwa alam semesta ini oleh Brahman (Ada Tertinggi, Tuhan) ditimbulkan oleh unsur-unsur semesta itu sendiri sambil melakukan tapas, lalu masuk ke dalam semesta itu (Tait, Up.2.6). Di lain tempat dikatakan bahwa semesta ini terjadi karena sabda dari Dia Yang Tak terumuskan (Brihad, Up.3.9).
(kitab kedua dalam agam Hindu). Kitab itu memberikan gambaran tentang terjadinya alam semesta. Dinyatakan bahwa alam semesta ini oleh Brahman (Ada Tertinggi, Tuhan) ditimbulkan oleh unsur-unsur semesta itu sendiri sambil melakukan tapas, lalu masuk ke dalam semesta itu (Tait, Up.2.6). Di lain tempat dikatakan bahwa semesta ini terjadi karena sabda dari Dia Yang Tak terumuskan (Brihad, Up.3.9).
Di dalam Mundaka Upanishad,
Brahma itu diumpamakan sebagai seekor laba-laba yang mengeluarkan
benang-benangnya lalu ditariknya kembali atau dengan rambut yang tumbuh di
kulit tubuh atau dengan percikan-percikan api yang dipancarkan oleh api. Di
dalam pandangan ini dunia merupakan emanasi dari Brahman (Zotmulder, 1991: 60).
c.Kejadian Alam
Semesta dalam Konsep Nasrani
Menurut kepercayaan kaum
Nasrani, alam ini diciptakan Tuhan Allah selama enam hari dengan perantaraan
Firman-Nya. Dalam Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (1962) ada
pernyataan bahwa yang pertama dijadikan Allah adalah langit dan bumi. Pada saat
itu kondisi bumi tertutup kabut tebal dan Roh Allah melayang-layang di atas
muka air (Pasal 1, ayat 1-2).
Pada hari pertama Allah
membuat terang dan gelap sebagai penanda adanya siang dan malam (Pasal 1:
3-5). Selanjutnya di hari kedua barulah dibuat langit yang membentang di
antara air (Pasal 1: 6-7). Pada hari ketiga Allah membuat daratan dan
lautan serta menciptakan rumput, tanaman berbiji dan berbuah dengan segala
tabiatnya (Pasal 1: 9-13).
Selanjutnya di hari keempat,
baru diciptakan matahari, bulan dan bintang (Pasal 1: 14-19). Pada hari
kelima Allah menciptakan binatang-binatang laut dan burung-burung (Pasal 1:
20-23). Sedangkan pada hari keenam diciptakan binatang liar dengan segala
tabiatnya. Pada hari keenam ini pula manusia laki-laki dan perempuan
diciptakan sebagai peta Allah. Segala isi bumi ini diperuntukkan bagi
manusia (Pasal 1: 24-31).
Pada hari ketujuh Allah beristirahat
(Pasal II: 1-4). Kata beristirahatlah pada pasal II itu sebagai terjemahan dari
bahas Ibrani "chabbat " (Sabat). Sampai hari ini pun
hari sabtu adalah hari libur/istirahat bagi kaum Yahudi (Buchaile, 1978:42).
Terlepas dari kontradiksinya
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, demikianlah adanya bagaimana Injil
Perjanjian Lama menjelaskan tentang proses kejadian alam ini. Dr. Mauriche
Buchaile di dalam La Bible, le Coran et La science telah mengupas
banyak hal tentang proses terjadinya alam ini berdasarkan ilmu pengetahuan dan
yang dikontrakan dengan Al Qur'an dan Bibel.
Dalam agama Kristen yang
berpaham Trinitas (Katritunggalan Tuhan) ada kaitan dengan filsafat
neo-Platonisme dan paham Nur Muhammad. Pada Injil Yohanes 1:1-3 dan 14
disebutkan:
"Pada
mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah. Ia pada mulanya
bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia
tidak ada sesuatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan ....
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah
melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak
Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebesaran (Lembaga Alkitab Indonesia,
1971:181).
Dalam kutipan dari Injil
Yahya (Yohanes) itu disebutkan bahwa Anak (Yesus) sudah ada sebelum dunia
ada, yaitu yang disebut dengan Firman (Kalam). Bila Kalam (Firman) itu
tidak ada maka dunia ini pun tidak ada. Ini adalah konsepsi
Neo-Platonis. Firman/Kalam dalam Injil Yahya tersebut di dalam Al Kitab
bahasa Yunani (Yunani) dengan Logos. Tentang hal ini dalam buku Karena Allah
itu Benar Adanya yang dikeluarkan oleh Kristen sekte Saksi Yehova
menyatakan bahwa Kalam atau Logos yang disebut dalam Injil Yahya itu berkuasa
dan menjabat posisi yang tinggi ini sebagai Logos. Sebab ia adalah mahluk
yang pertama dari semua mahluk lain, maka itu adalah suatu Allah, tetapi bukan
Allah yang maha Kuasa, yang adalah Yehuwa (1960: 33).
Dalam Yohanes 1: 1-3
terjemahan emphatic Diaglott tapi masih memakai kata Logos. Istilah
Logos ini yang sudah masuk ke dalam Injil Yohanes, yang diterjemahkan dengan
Kalam/Firman/The Word, sebenarnya memang mengambil dari filsafat
Neo-Platonisme. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh O. Hashem:
"Filsafat Neo-Platonis ini telah dimasukkan ke dalam Injil Yohannes dengan
mengambil istilah Logos yang berasal dari Plato (1965: 40).
DAFTAR PUSTAKA
Herabudin.
2010. Ilmu Alamiah Dasar. Pustaka Setia: Bandung
Jablonski
dan Choplin. 2000. Catatan Teratur Evolusi Manusia.
Leakey,
Richard. 2003. Asal Usul Manusia. Kepustakaan Populer Gramedia:
Jakarta.
Darmo,
Hendro dan Yeni Kaligis.2004. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : Universitas
Terbuka
Hudiyono,
Sumi. 2004. Alam Pikiran Manusia dan Perkembangannya. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Jasin, Maskoeri.
2006. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.